Surga Aku dan Kamu
Sabtu, 15 Juni 2013
Tiba-tiba takdir membawaku ke tempat ini lagi, tempat dimana aku dan
kamu terbiasa menghabiskan waktu bersama. Tempat dimana aku dan kamu
selalu menatap bintang yang sama, mengukir cerita tentang cinta, impian,
juga cita-cita. Aku melihat ini, rerumputan yang habis dimakan waktu
namun tidak mampu menghilangkan jejak sepatu tua yang biasa kamu gunakan
sebagai alas duduk kita berdua. Aku mencium ini, bau basah tanah pada
musim penghujan yang tak juga sanggup menyamarkan aroma tubuhmu yang
membuatku damai. Kau dan aku sepakat menyebut ini kenangan, namun mampu
kah hati ini bekerja sama menyudahi perasaan saat harum sosokmu bahkan
terasa sangat nyata ditempat ini. Aku tak pernah menyangka akan ada hari
dimana aku dan kamu dipisahkan atas nama takdir. Aku bahkan tak pernah
sempat menyampaikan arti dari setiap desiran lembut dihatiku saat kamu
menggenggam tangan ini, saat kamu merengkuh tubuh ini dalam pelukan lalu
menebarkan aroma khas yang selalu ku suka. Aku menyukaimu bahkan
terlanjur mencintai sosokmu yang begitu menenangkan. Tetapi takdir terus
menjalankan tugasnya tanpa mau menungguku mengatakannya terlebih dahulu
sebelum akhirnya kehilangan kamu untuk selama-lamanya. Bisakah kau
merasakanku? Merasakan cinta tulus ini saat aku bahkan masih bisa
merasakan sosokmu hadir disini, saat ini ditempat yang kau namakan
dengan: surga aku dan kamu...
Flash Fiction
Hari ini aku bermimpi bisa selamanya tertawa bersama mu. Namun ketika ku
tersadar dari malam yang memberiku sejuta harapan itu, aku mengerti
bahwa mimpi hanyalah sebuah mimpi. Inilah ternyata kenyataannya yang
harus kuterima, hanya bisa memeluk ragamu dengan doa, hanya bisa
mendekap erat dengan penuh rasa risau dalam mimpiku. Beginilah yang
harus ku jalani, merelakan dirimu pergi dengan dia, wanita pilihanmu dan
memastikan kamu selalu bahagia. Ku akui hati ini selalu kesakitan
setiap kali memberimu senyum terindah yang tak pernah kau balas. Ku akui
lagi hati ini berdarah setiap kali kau mengabaikan segala rasa sayang
yang selama ini kucurahkan cuma-cuma hanyalah kepada kamu. Dan disinilah
aku, hanya bisa melihatmu dari jarak yang teramat jauh, memantau dan
mengamati senyum itu masih tercetak lebar dibibir ringkihmu. Kau harus
bahagia sayang, biarlah hanya aku yang merasakan perih ini.
Flash Fiction
Aku masih mengingatnya. Sejumput rambut yang ia selipkan dibalik telinga serta tatapan mata yang lebih banyak menyiratkan kata dibanding bibir mungil yang selalu menampakan senyum menawannya. Ia adalah Aleandra sesosok teman kecil yang beberapa bulan lalu resmi berbagi meja SMA bersamaku. Pertemuan masa kanak-kanak yang sederhana, namun mampu mengukir banyak kenangan serta canda tawa yang masih menyisakan sepercik senyum di bibir ringkih ini kala aku mengenangnya. Namun suatu kala, dengan bermodal senyum khas dan rengekan sederhana yang ia tujukan kepadaku, getar-getar halus itu mulai terasa tumbuh begitu nyata. Sanggupkah aku menodai sebuah persahabatan dengan sebuah cinta remaja yang datangnya terlalu tiba-tiba? Entahlah takdir tak pernah menjawabnya. Dan tibalah suatu masa yang tak pernah ku pikir akan datang begitu cepat. Kamu mengulum senyum itu begitu singkat, memalingkan kerlingan jahil itu dariku untuk selamanya. Menutup rapat-rapat semua memori yang sering kamu elu-elu kan bersamaku. Kau pergi meninggalkan semua cerita bersama sirine ambulance yang menyanyikan elegi sendu seiring duka yang semakin dalam mengoyak hatiku. Kecelakaan itu bukan hanya merenggut nyawamu, tapi juga merenggut sebagian hatiku yang kau bawa bersama cerita cinta yang tak sempat aku sampaikan.
Langganan:
Postingan (Atom)